Sekilas Konteks
Tidak dapat dipungkiri, bahwa tragedi 9/11, yang telah menewaskan 3000 jiwa itu telah membuat buruk citra Islam. Islam yang telah mengajarkan kasih sayang dan kemanusiaan, seketika luntur. Tidak lain lantaran pelaku di balik tragedi tersebut, membawa nama Islam. Osama bin Laden seorang pimpinan Al-Qaeda mengaku bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Muncul anggapan dan tuduhan bahwa Islam mengajarkan kekerasan
dan terror. Akhirnya, muncul pula aksi penolakan terhadap Islam di berbagai
belahan dunia (Islamophobia). Lagi-lagi, hal itu terjadi lantaran beberapa aksi
terror yang dilakukan oleh orang-orang dari beberapa organisasi radikal.
Selain Al-Qaeda, beberapa organisasi yang mengatasnamakan
Islam namun beraliran radikal dan melakukan terror yaitu: ISIS (Islamic State
in Iraq and Syria), Taliban, Hezbollah, Hamas, Kata’ib Hezbollah (KH), Lashkar-e-Tayyiba,
Abu Sayyaf, Moro National Liberation Front, dll.
Sementara di Indonesia, rangkaian Bom Bali, Bom Bunuh diri di
beberapa tempat (Gereja, markas Brimob, Kantor Polisi, dll), hate speech,
perusakan tempat ibadah (masjid, gereja, Pura, dll) yang terjadi di Indonesia,
menambah keruh kerukunan antar umat beragama. Lebih parah, pelaku mengaku beragama
Islam dan melakukannya atas nama Agama Islam.
Adapun beberapa organisasi beraliran ektrim radikal di
Indonesia yaitu Jamaah Islamiyah (JI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Jamaah
Anshorut Tauhid (JAT), J amaah Ansharut Syariah (JAS), Jamaah Ansharut
Daulah (JAD), dan Jamaah Ansharut Khilafah (JAK), Mujahidin Indonesia Timur (MIT)
dan sebagainya. Organisasi-organisasi teroris tersebut mempunyai jaringan luar
negeri.
Selain itu, terdapat pula organisasi Islam bergaya militer yang
kerap melakukan aksi yaitu FPI yang sudah dibubarkan. Juga, terdapat organisasi
yang merongrong kesatuan dan keutuhan NKRI yaitu HTI yang meskipun telah
dibubarkan, ajaran mereka tetap berjalan, terlebih dalam dunia maya.
Meskipun dalam banyak penelitian, teroris tidak punya agama,
namun demikian, tindakan ekstrem radikal yang mengatasnamakan agama, hampir
dipastikan terjadi lantaran semangat beragama yang tinggi namun memiliki
pemahaman yang keliru, tidak utuh, dan emosional belaka.
Bahkan, jika ditelusuri lebih dalam, agama merupakan
alasan tunggangan saja. Agama telah dijadikan kendaraan untuk melakukan aksi. Bisa
karena politik, ekonomi, dan hal lain.
Upaya dan Nilai Penting
Secara normatif, Pemerintah telah memberikan perhatian terkait persoalan tersebut, Hal itu tampak melalui pendirian BPIP dan Permenristekdikti No 55 Tahun 2018 tentang Pendirian Unit Kegiatan Mahasiswa Pembinaan Ideologi Bangsa (UKM-PIB)
Namun demikian, upaya lebih dapat kita lakukan mulai dari diri sendiri, yaitu dengan memahami agama secara utuh.
Agar kita terhindar dari setiap agenda yang dapat meruntuhkan nilai-nilai luhur
agama Islam, yaitu kasih sayang dan kemanusiaan. Lebih dari itu, sebagai bagian
dari Indonesia, umat Islam berkewajiban untuk mempertahakan keutuhan NKRI
dengan ideologi Pancasila yang telah terbukti dapat menyatukan berbagai
perbedaan, sejak zaman dahulu.
Memahami agama secara komprehensif mengantarkan pemeluknya
kepada tindakan yang sesuai dengan ajaran agamanya. Dalam hal ini, agama Islam,
mengajarkan toleransi dan di saat yang sama melarang umat Muslim melakukan
kekerasan dalam bentuk apapun.
Keharmonisan diawali dari saling memahami dan mengerti. Tidak berhenti
pada saling memahami, tapi juga saling berkomunikasi, meskipun berbeda. Dan lebih
lanjut, dari saling memahami kemudian saling berkomunikasi, maka muncul saling
berkolaborasi dan bekerjasama untuk kemajuan.
Jika setiap orang saling toleransi, maka Merasa dirinya paling
benar sehingga menyalahkan orang yang berbeda dengannya tidak akan terjadi. Lebih
dari itu, dengan kesalingan tersebut, tindakan kekerasan pun akan terhindari,
baik kekerasan verbal maupun fisik
Keduanya, Toleransi dan Tidak melakukan tindakan kekerasan,
merupakan dua indikator selanjutnya dari moderasi. Tentu saja sesuai dengan prinsip
adil dan berimbang. Keduanya dapat dimulai dari hal-hal kecil dalam kehidupan.
Melalui implementasi keduanya, kita semua berharap, kehidupan ini
menjadi lebih indah. Semoga.
0 Comments
Posting Komentar