Kemunculan narasi
negative tentang Islam terjadi lantaran perilaku sebagian kecil umat Muslim.
Mereka tidak menampakkan wajah Islam yang sesungguhnya mengajarkan keindahan
dan kasih sayang. Sebab benar apa yang dikatakan Khabib Nurmagomedov, seorang petarung MMA, bahwa
orang-orang non-Muslim tidak membaca Ayat dan Hadis, melainkan melihat perilaku
umat Muslim.
Oleh karenanya, mari
kita sebagai umat Muslim, berusaha semaksimal mungkin menampakkan ajaran Islam
secara baik sehingga ajaran kasih sayang dapat tersampaikan dengan baik pula.
Apa itu Raḥmah li al-‘Ālamīn?
Islam mempunyai visi
yang sangat besar, yaitu sebagai agama penebar kasih sayang bagi seluruh alam (Raḥmah
li al-‘ālamīn). Kasih sayang ini berlaku untuk siapapun dan dalam kondisi
apapun.
Hal itu menjadi visi
dakwah Nabi Muhammad saw. Dalam QS. Al-Anbiyā’ Ayat 107 Allah SWT berfirman
وَمَآ
اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
“Dan Kami tidak
mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”
Melalui ayat tersebut,
Secara tegas, Allah SWT. menjadikan Rahmah sebagai alasan satu-satunya risalah
Nabi saw. Bentuk kasih sayang ini telah dicontohkan oleh Nabi saw. dalam banyak
kesempatan.
Syaikh Sulaymān dalam Futūḥah
Ilāhiyah memberikan penjelasan perihal sebagai berikut.
اَلْمُرَادُ بِالرَّحْمَةِ الرَحِيْمُ. وَهُوَ كاَنَ
رَحِيْمًا بِالْكَافِرِيْنَ. أَلَا تَرَى أَنَّهُمْ لَمَّا شَجُّوْهُ وَكَسَرُوْا
رَبَاعِيَتَهُ حَتَّى خَرَّ مُغْشِيًّا عَلَيْهِ. قَالَ بَعْدَ اِفَاقَتِهِ اللهم
اهْدِ قَوْمِى فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
“Yang dimaksud dengan rahmat adalah al-raḥīm
(bersifat penyayang). Nabi Muhammad saw adalah orang yang bersifat penyayang
kepada orang kafir. Tidakkah Anda lihat, ketika orang kafir melukai Nabi dan
mematahkan beberapa giginya, hingga ia terjatuh dan pingsan, kemudian ketika
sadar ia berdoa kepada Allah, ‘Ya Allah! Berilah hidayah untuk kaumku, karena
sesungguhnya mereka tidak mengetahui’,”
Penjelasan di atas
memberikan pemahaman bahwa dalam keadaan yang sangat payah pun, Nabi saw.
senantiasa berkasih sayang. Tidak saja kepada mereka yang menolak, bahkan
kepada yang hendak mencelakai bahkan hendak membunuh beliau pun, Nabi saw.
tetap berlaku baik dan mendoakan kebaikan.
Hal itu menjadi bukti
dan ajakan yang nyata kepada kita untuk selalu berbuat baik.
Kepada siapapun
artinya tidak membedakan agama dan jenis makhluk. Umat Muslim berkewajiban
memberikan rahmat kepada sesama Muslim atau kepada mereka yang berbeda agama. Kepada
semua jenis makhluk, tidak saja kepada manusia, namun termasuk kepada binatang,
tumbuhan, dan alam semesta.
Manfaatnya?
Memahami visi ini
menjadi penting sehingga Islam dalam wajah aslinya dapat ditampakkan oleh para
pemeluknya. Hal ini memberikan pemahaman bahwa umat Muslim semestinya memahami
dan menghayati agama Islam secara sempurna. Dengannya, seorang muslim dapat
berlaku secara baik dan toleran.
Perilaku yang baik dan
toleran ini bermula dari kesadaran diri, bahwa perbedaan itu niscaya dan
merupakan anugerah yang Allah SWT. berikan. Perbedaan itu merupakan fitrah.
Sehingga memaksa apapun untuk sama, sama dengan menyalahi fitrah.
Perbedaan agama
menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Dalam menyikapi ini, Allah SWT. secara
gamblang menjelaskannya di dalam Surah al-Kāfirūn. Surah tersebut menjadi bukti
bahwa keberadaan agama lain tidak bisa dibantah. Memang, umat Islam harus meyakini
bahwa hanya ajaran agamanya yang paling benar. Namun, dalam konteks relasi sosial,
klaim itu tidak boleh sampai mengganggu penganut agama-agama lain untuk hidup
dengan aman.
Adapun toleransi,
tidak ada keraguan sedikitpun, bahwa hal itu merupakan perintah agama. Melalui
sikap saling mengerti dan memahami kepada yang berbeda, akan mewujudkan
kehidupan yang rukun, damai, dan harmoni. Melalui itu pula, keutuhan dan
kekuatan sosial dapat terwujud.
Raḥmah dalam Segala Hal
Tidak saja dalam hal kepercayaan (akidah), rahmah diwujudkan dalam semua hal. Dalam syariat, Islam diturunkan untuk menjadi terealisasinya tujuan-tujuan utama (maqāṣid al-sharī’ah).
Tujuan-Tujuan itu yaitu sebagai berikut.
Pertama, ḥifẓ al-dīn (menjaga agama dan memberikan jaminan kebebasan dalam beragama).
Kedua, ḥifẓ al-nafs (menjaga jiwa, melindungi kemanusiaan dan kehidupan)
Ketiga, ḥifẓ al-‘aql (menjaga akal dan kewarasan, serta memberikan kebebasan berbicara dan menyampaikan pendapat)
Keempat, ḥifẓ al-nasl (menjaga keturunan (nasab) dan mewujudkan keluarga yang kuat, kokoh, bahagia, dan sejahtera)
Kelima, ḥifẓ al-māl (menjaga harta dan kesejahteraan finansial)
Selain itu, menjadi
agen Islam Raḥmah li al-’ālamīn diwujudkan dalam bentuk
perbuatan-perbuatan baik, baik kepada sesama manusia, maupun kepada alam
semesta. Saling tolong menolong antar sesama manusia merupakan salah satu
contohnya. Tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi polusi udara, polusi
air, dan polusi tanah, merupakan hal lain yang sejatinya sangat mudah untuk
dilakukan namun membutuhkan kesadaran yang sangat tinggi.
Dengan menyadari dan
merealisasikan visi besar ini, maka narasi positif tentang Islam dapat
terbangun kembali. Sehingga Islam sebagai ajaran yang penuh kasih sayang dapat
bersemai ke seluruh dunia.
0 Comments
Posting Komentar